Badui Yang Menampar Wajah Suci Rasulullah Masuk Islam
Siapa
yang tak kenal dengan seorang manusia yang tersohor dengan keagungan akhlak dan
budi pekertinya yang luhur. Dialah manusia paripurna yang dinobatkan sebagai
manusia nomor satu di dunia, yaitu Rasulullah Muhammad Saw.
Sebuah
kisah diriwayatkaan dari sahabat, Anas bin Malik, pada suatu ketika Rasulullah
mendatangi rumah putri tercintanya Fatimah RA yang kondisinya saat itu sedang
dalam keadaan lapar. Fatimah berkata,”Wahai ayahku, sejak tiga hari kami belum
merasakan sesuap pun makanan.” Mendengar hal tersebut Rasulullah seketika
memperlihatkan batu yang terikat di perutnya, ternyata beliau pun sedang lapar
dan belum mengonsumsi makanan apa-apa. Lantas beliau berkata,”Wahai Fatimah,
jika engkau belum makan sejak tiga hari, ayahmu sudah empat hari.” Sungguh
suasana yang memilukan, Rasulullah Saw sang pemimpin para rasul di hari-harinya
tidak pernah merasakan yang namanya kenyang, begitu juga keluarga dan
anak-anaknya yang terkenal zuhud. Kendati demikian, tak pernah sekali pun
terbesit dalam hatinya untuk mengeluh, bahkan beliau berdoa agar dijadikan
sebagai orang miskin, diwafatkan bersama orang miskin, dan kelak dibangkitkan
bersama orang miskin.
Melihat
anak dan cucunya, Sayyidina Hasan dan Husain, dalam kelaparan, ia pun pergi
dari rumah puterinya berangkat keluar kota Madinah. Ketika di perjalanan beliau
berjumpa dengan seorang arab badui yang sedang menimba air dari sumur (ia tidak
mengenali bahwa yang ia jumpai itu adalah Rasulullah). Kemudian rasulullah
berhenti dan bertanya kepada orang itu untuk meminta menjadi penimba air,”Wahai
A’raby, apakah kamu ingin menyewakan seseorang (untuk menimba air)? Maka
dia pun mengiyakan bahwa ingin menyewa seseorang untuk menimba.
Lantas
ia menyerahkan timba kepada Rasulullah. Bersegeralah beliau melakukan tugasnya.
Setelah beberapa saat ia memberikan kepada Rasulullah tiga butir kurma, beliau
pun menerima dan memakannya. Lalu beliau melanjutkan menimba air lagi, hingga
ketika hendak menimba kali kesembilan, tali timba itu terputus dan seketika
timbanya jatuh ke dasar sumur. Rasulullah terhenti dan panik. Mengetahui
kejadian itu, ‘Araby itu bergegas datang dalam keadaan marah, ia langsung
menampar wajah suci Rasulullah dengan tangan kanannya lantaran berang sangat.
Lalu ia menyerahkan 24 butir kurma sebagai upah penyewaan jasa rasulullah
menimba. Rasulullah pun menerima kurma itu dengan penuh kelapangan dan
kesabaran.
Setelah
mendapat tamparan tak beradab dari ‘Araby itu, Rasulullah langsung mengambil
timba yang telah terjatuh itu dengan tangannya sebagai bentuk mukjizat yang
disaksikan langsung oleh Arab Badui itu, ia melempar timba itu ke hadapannya
lalu bergegas pergi.
Seketika
Arab Badui itu tersentak kaget atas kejadian yang baru saja terjadi, dengan
hati yang dibalut cemas dan takut ia berkata,”Sungguh ia adalah seorang nabi.”
Karena rasa bersalah yang mendalam, ia mengambil pisau untuk memotong tangan
kanannya yang tadi menampar wajah Rasulullah, lalu ia jatuh pingsan tak
sadarkan diri. Tak lama kemudian salah seorang pengendara yang melintas
menemukannya yang tadi jatuh pingsan, lalu memercikkan air ke wajahnya. Setelah
siuman pengendara itu bertanya penasaran perihal apa yang telah terjadi
menimpanya,”Apa yang terjadi padamu?” Ia menjawab,”Aku menampar seseorang dan
kusangka dia adalah nabi Muhammad Saw. Aku takut musibah akan menimpa diriku,
maka aku memotong tanganku ini yang telah menamparnya.”
Setelah
itu, ia mengambil tangan kanannya dengan tangan kirinya dan pergi ke mesjid
untuk menjumpai rasulullah. Setibanya di depan mesjid ia berseru,”Wahai
sahabat-sahabat Muhammad, di mana Muhammad?” Para sahabat pun keluar, disitu
ada Sayyidina Abu Bakar, Umar dan Usman RA, mereka bertanya,”Kenapa kau
menanyakan Muhammad?” Ia menjawab,”Aku memiliki hajat kepadanya.”
Maka,
sahabat yang bernama Salman membawanya menjumpai Rasulullah di rumah Sayyidah
Fatimah. Saat itu beliau sedang bersama cucunya, Hasan Dan Husain. Hasan duduk
di paha kanan Rasulullah, sedangkan Husain di paha kiri, beliau sedang menyuapi
keduanya butir demi butir kurma.
Terdengar
panggilan dari luar,” Wahai Muhammad!” Rasulullah menyuruh Fatimah untuk
melihat siapa di luar. Ia pun bergegas keluar, ia terkejut melihat seorang
lelaki yang memegang tangannya yang terpotong, air matanya mengalir dan segera
melaporkannya kepada Rasulullah yang baru saja disaksikannya. Maka Rasulullah
keluar. Ketika melihat beliau, ‘Araby itu berkata,”Wahai Muhammad, Maafkan aku,
sesungguhnya aku tidak menegnalimu.” Kenapa engkau mememotong tanganmu,”
Rasulullah bertanya.”Tak akan kubiarkan tangan ini utuh setelah ia menampar wajah
sucimu,” jawabnya dengan penuh penyesalan. Mendengar hal tersebut lantas
Rasulullah berkata,”Masuklah Islam, maka kamu akan selamat.” “ Wahai Muhammad,
jika benar eungkau seorang nabi, sembuhkanlah tanganku ini,” jawabnya
menimpali.
Maka saat itu Rasulullah mengambil tangan ‘Araby yang terpotong lalu
melekatkannya pada tempat semula, lalu ia mengusap tangan itu dengan memberikan
sedikit ludah diiringi membaca basmallah. Maka setelah itu, tangan ‘Araby yang
terpotong tadi sembuh seperti sedia kala tanpa meninggalkan bekas sedikit pun.
Ketika itu juga ‘Araby itu mengucapkan dua kalimat syahadat dan beriman kepada
Allah Swt. Allahhumma Salli ‘Ala Sayyidina Muhammad.