Jabir bin Hayyan “The Muslim Alchemist” (Part 2)
majalahumdah.com-Jabir mungkin bukan orang Islam pertama yang mempelajari alkimia, tetapi dia pastilah salah satu yang pertama kali melakukan alkimia eksperimental. Karena alasan ini, sekarang dia dianggap secara luas sebagai “Bapak Alkimia Islam” dan salah satu pelopor dalam bidang ilmu kimia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kimia, dia mendirikan sebuah laboratorium kimia yang beroperasi penuh di kampung halamannya, Kufah. Di sana dia mengembangkan dan melakukan banyak eksperimen kimia untuk membuktikan atau menyangkal pandangan-pandangan teoritisnya mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan kimia.
Jabir melakukan sendiri eksperimen kimia secara langsung di laboratorium pribadinya. Dia melenyapkan semua rahasia dan takhayul yang melingkupi alkimia, serta mengangkat bidang pengetahuan penting ini ke tingkat yang setara dengan astronomi, kedokteran, dan matematika. Ini juga mendorong para ilmuwan muslim dan nonmuslim melakukan studi dan penelitian lebih lanjut dalam ilmu kimia. Pendekatan eksperimental Jabir dalam bidang alkimia, ditambah penemuan laboratorium kimia pribadinya di Kufah dua abad setelah kematiannya, membuktikan – jika dibutuhkan bukti – bahwa Jabir seorang ahli kimia terbesar dan perintis ilmu kimia.
Dengan memakai pendekatan eksperimennya terhadap alkimia, Jabir menamai dan mengklasifikasi bahan-bahan kimia dan mineral ke dalam tiga kategori besar. Kategori pertama adalah alkohol (seperti belerang, merkuri, kamper, dan senyawa-senyawa arsenik), yang menurutnya dapat disempurnakan melalui aplikasi panas. Kategori kedua adalah logam, seperti emas, perak, timah, tembaga, besi, dan seng. Kategori terakhir adalah bahan-bahan yang dihancurkan, meskipun dia menunjukkan bahwa beberapa unsur yang dihancurkan – seperti makhluk hidup – terdiri dari roh dan substansi (zat).
Dalam upayanya untuk memberikan penjelasan ilmiah mengenai komposisi badan-roh, Jabir juga menyoroti peran dan hubungan antara kedua unsur ini dalam bentuk makhluk hidup yang seimbang. Dalam prosesnya, dia merumuskan sebuah teori ilmiah murni yang kemudian dikenal sebagai “Teori Sulphur – Mercury”. Jabir tidak hanya melakukan sejumlah percobaan kimia untuk membuktikan teorinya. Namun, dia juga menjelaskan bagaimana para kimiawan dapat mengusulkan teori-teori tentang sifat berbgai bahan atau zat kimia, sebelum melakukan eksperimen praktis untuk memastikan kebenaran proposisi-proposisi teoritis mereka. Dengan demikian, Jabir tidak hanya sekedar mengembangkan metodologi eksprimental dalam studi alkimia. Akan tetapi, dia melangkah lebih jauh dengan mengusulkan serangkaian teknik dan prosedur baru yang dapat digunakan dalam studi dan penelitian kimia.
Tidak heran, sekarang ini Jabir dianggap sebagai perintis proses kimiawi dari penyulingan, penyaringan, kristalisasi, sublimasi, reaksi, dan fiksasi – semua hal yang dianggap biasa-biasa saja oleh para mahasiswa kimia sebagai prosedur standar dalam kimia eksperimental. Untuk pertama kalinya, dia menjelaskan proses kimia yang memfasilitasi persiapan dan pemurnian berbagai asam mineral, seperti asam belerang (sulphuric), asam garam (hydrochloric), dan asam sendawa (nitric).
Dengan melakukan begitu banyak eksperimen kimia di laboratoriumnya, Jabir menghasilkan sejumlah penemuan yang luar biasa. Contohnya dengan mengembangkan semacam bubuk asam khusus, dia mampu melarutkan emas murni. Juga membuat sejenis zat kimia yang dapat memisakan emas dari perak. Selain itu Jabir menemukan sejumlah bahan kimia penting lainnya, seperti senyawa timah putih, belerang, perak, dan merkuri yang saat ini digunakan oleh industri komersial di seluruh dunia untuk menghasilkan produk-produk rumah tangga, seperti cat dan deterjen. Dia juga menciptakan sejumlah istilah teknis, seperti alkali, antimony, alembic, dan cinnabar yang sekarang ini akrab dipakai di seluruh dunia. Singkatnya kontribusinya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan – terutama alkimia eksperimental atau kimia – benar-benar luar biasa.
Seperti kebanyakan cendekiawan dan ilmuwan besar Islam lainnya di Abad Pertengahn, motivasi Jabir melakukan penelitian ilmiah adalah untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai manusia dan lingkungannya dan bukannya mencari kejayaan pribadi atau memperoleh keuntungan material. Dia justru menjalani hidup yang sangat sederhana, saleh, dan produktif, serta sepenuhnya mengabdikan diri untuk menuntut ilmu.
Berkat persahabatannya dengan keluarga Barmakiyah selama tahun-tahun awal masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid, Jabir memiliki akses bebas ke semua perpustakaan kerajaan di Baghdad. Namun setelah Barmakiyah jatuh dari keagungan Abbasiyah, Jabir juga kehilangan dukungan pribadinya. Ini mendorongnya untuk kembali ke Kufah, tempat dia melanjutkan penelitiannya dalam alkimia. Jabir wafat di usia tujuh puluh satu tahun dan dimakamkan di Kufah.
Bukan hanya seorang ahli kimia yang luar biasa, Jabir juga seorang penulis yang produktif. Dia menulis lebih dari seratus buku dan risalah mengenai aspek-aspek alkimia, kimia, kosmologi, astrologi, kedokteran, musik, dan spiritualitas. Walau Ibnu Al-Nadim, seorang bibliografis tersohor dan penulis buku al-Fihrist, mencantumkan beberapa nama buku dan risalah Jabir, sayangnya daftar karya-karyanya tidak lengkap. Menurut sejarawan lainnya, sebagian besar buku Jabir hilang pada tahun 1258 dalam penyerbuan Mongol ke Baghdad.
Mengingat jumlah tulisan yang dikaitkan dengannya begitu banyak, beberapa sejarawan beranggapan bukan hanya Jabir yang menuliskan sebagian besar buku itu. Melainkan justru ditulis oleh sekelompok ulama yang menggunakan namanya untuk memperoleh sirkulasi dan penerimaan yang lebih luas. Namun, mayoritas sejarawan menolak pandangan ini. menurut mereka, sebagai seorang pemikir, ilmuwan dan penulis yang kreatif, tidaklah mustahil bagi Jabir untuk menulis segencar yang dia lakukan karena dua ilmuwan besar seperti Al-Kindi dan Ibnu Sina mampu menuliskan lebih dari dua ratus buku dan risalah. Toh, terlalu berlebihan untuk mengatakan bahwa Jabir menuliskan tiga ribu buku seperti yang dikemukakan sebagian ulama.
Terinspirasi oleh kontribusi Jabir yang luar biasa dalam bidang alkimia dan kimia, sejumlah pemikir dan ilmuwan besar Muslim lainnya – seperti Al-Kindi dan Abu Bakar Ar-Razi – mengejar penelitian mereka sendiri dalam kajian-kajian tersebut. Itu juga yang terjadi manakala karya-karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Eropa lainnya pada abad ke-13 dan ke-14. Ide dan pemikiran Jabir memiliki dampak begitu mendalam terhadap para pemikir dan ilmuwan Eropa Abad Pertengahan. Tidak heran para pemikir besar barat, seperti Richard Russell, Albertus Magnus (lebih dikenal sebagai “Albert The Great”), dan Roger Bacon dengan penuh kasih sayang menjulukinya “Pangeran dan Filsuf Arab yang Ternama”.
“ 100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah Oleh Muhammad Mojlum Khan”