MENUJU RINDU YANG INDAH
Kita sering dihinggapi perasaan rindu disebabkan sebuah pertemuan. Lalu apa yang sebenarnya merasuki jiwa sehingga rindu menghantam? Sedikit banyaknya pertemuan dan perpisahan memicu logika untuk mengungkapkan rindu. Jadi begini, rindu tidak bakalan ada jika tiada pertemuan. Lantas bagaimana hakikat rindu? Nah, pernah nggak kita merindukan seseorang yang tidak pernah kita jumpai sama sekali? Yaps, ungkapan rindu kepada Rasulullah tanpa ada sebuah pertemuan. Bukankah ini hakikat rindu? Tidak pernah saling bertemu namun saling menunggu.
Dari kisah Nabi Adam dan Siti Hawa dapat kita konklusikan apa itu rindu tanpa saling bertemu yang kemudian dilabuhkan lewat untaian doa yang teramu.
Baca Juga :Menjadi Faqih Lebih Baik Daripada `Abid
Di era modernisasi sekarang sangat banyak khalayak dari kalangan yang salah mengaplikasikan rindu yang kemudian berujung pilu. Nah, kita selaku santri yang sedikit banyaknya telah mengetahui mana sosok yang selayaknya dirindui seperti pepatah yang lumrah kita dengar “man ahabba syai’an katsura dzikruhu” (barangsiapa mencintai sesuatu maka banyaklah dia menyebutnya)
Mari sama-sama melabuhkan rindu yang hakiki kepada Baginda Nabi SAW. Bukankah Rasul selalu memanggil umatnya karena besarnya rasa cinta beliau,lalu apa balasan kita? Seringkah kita bershalawat kepadanya?Menyenandungkan nada-nada lewat syair mahabbah. Jangan hanya terpaku dengan ungkapan rindu semata, tapi buktikan lewat doa dan bershalawat kepadanya.
Bershalawat adalah senjata pamungkas untuk meluapkan rindu tak terbalaskan. Tahukah? Shalawat adalah sayap dari tiap rinai doa yang kita panjatkan. Shalawat pulalah yang menjadi amalan berpahala meski dalam keadaan riya dan tidak khusyuk. Maka relakah kita menyiakan nya?
Lewat goresan pena ini,ingin sedikit berbagi sekaligus mengajak para santri millennial untuk terus menggunakan shalawat kepada Kanjeng Nabi SAW. Jangan hanya sekedar meluapkan rasa kerinduan tanpa pembuktian,karena ekspektasi tak seindah realita.
ALLAHUMMA SHALLI ‘ALA SAYYIDINA MUHAMMAD