Change of the your think
Ubahlah pemikiranmu
Oleh: Mahiratun
Nisak/3 O (sigli)
Kesempatan pertama
ini saya merasa tertarik untuk memuat pembahasan yang berkaitan dengan cara
berpikir, apalagi ini mengingat hampir ujian pasti pikiran kita tentunya sudah
kacau balau banget, jadi gimananya…upps!!! Salah, kok duluan jadi padahal belum
memasuki poin…. Sebenarnya sih gini, kalau menurut saya pikir sih, ujian itu
bukanlah waktu dimana kita harus menstreskan pemikiran kita untuk menghadapi
mata pelajaran yang diujiankan, tapi jangan salah bukan berarti juga kita harus
enjoy tanpa beban apapun.
Pasti kalian
berpikir? Terus gimana juga? Inilah yang menjadi pembahasan saya kali ini, kita
sering berpikir bahwa ujian itu adalah masa yang kita pergunakan untuk berjuang
sepenuhnya dalam memahami mata pelajaran 3 bulan sebelumnya, itu adalah hal
yang sangat salah, otak sehebat apa sih seperti kita yang bisa mempersingkat
hitungan waktu 3 bulan menjadi 15 hari? Heran.
Coba deh memulai
prinsip jadikan ujian itu untuk belajar, bukan belajar untuk ujian nah itu baru
tepat, malahan yang aneh lagi ujian dijadikan sebuah tantangan untuk
menjatuhkan kawan, gimana sih pemikirannya padahal kawan itu teman seperjuangan
untuk mencapai kesuksesan, masak kita tega mengurangkan anggota kelompok dalam
meraih kesuksesan.
Itulah, zaman
sekarang orang banyak salah dalam mengartikan kesuksesan, mereka hanya
mengedepankan prestasinya sebagai pemicu untuk sukses, kita terlalu buta dengan
sebuah pertandingan sehingga kita lupa bahwa kita adalah pelajar yang meraih
kemenangan dengan perjuangan bukan pertandingan.
Langkah pertama
untuk memperbaiki pemikiran tersebut ialah kita harus mengingat kembali apa
tujuan kita terjun dalam dunia menuntut. Niat kita dalam belajar yang tidak
terlepas dari redaksi yang terdapat dalam kita ta’lim mutaa’alim di antaranya
menghilangkan kebodohan, menghidupkan islam dll, coba dengar kembali apakah ada
disana tercantum tujuan kita menuntut ilmu untuk meraih prestasi..kurasa tidak
pattrick. Jadi kenapa juga kita terlalu buta berprestasi sehingga kita tega
menjatuhkan teman sendiri.
Coba perhatikan!!!
Seandainya sukses itu hanya memicu pada prestasi, ya pastinya setiap kita
mendengar cerita orang yang sukses pasti mereka menceritakan perjuangan mereka
saat ujian tapi nyatanya tidak, pasti setiap alur yang mereka tempuh untuk meraih
sukses adalah detik-detik perjuangan mereka dalam belajar setiap harinya bukan
pas ujian ajha… dan jarang orang sukses yang mengaitkan prestasinya yang selalu
meningkat, tapi apa? Tingkat semangatnya yang semakin melonjak.
anda tertarik untuk membaca : dekadensi moral real futures destroye
Ingat! Apakah masa
ulama dulu ada ujiannya, enggakkan tapi mereka sukses kok, itulah intinya
sukses itu karena perjuangan bukan pertandingan. Hilangkan keegoisan pada
dirimu, atau rasa ingin menang sendiri, ingin bangkit sendiri atau bahkan hanya
membenarkan pendapat sendiri. Karena seandainya kita dituntut untuk membenarkan
pendapat sendiri aja, tidak ada istilah dalam kitab mushannif memasuki
banyaknya perselisihan pendapat bahkan jangan-jangan pendapat ulama populer aja
cukup. Pendapat ulama yang tidak dikenal pun mereka hargai seperti pendapat
“kil”, lantas kenapa kita harus ego…cukup, tahan egomu.
Dan dalam
kehidupan mustahil kita bisa bangkit tanpa teman seperjuangan, kita butuh
mereka, karena ada merekalah yang menyemangati, tidak seburuk yang ada. Coba
bayangkan andaikan kita hanya bangkit sendiri dan selalu berusaha menjatuhkan
orang lain, saya yakin pasti perjuangan kita tidak terlalu membuahkan hasil.
Bersaing atau meraih prestasi itu tidak salah, tapi cara meraihnya yang salah.
Bye…sampai jumpa di lain waktu, tetap
semangat meski situasi tidak mendukung.
Jangan putus asa, raihlah impian dan jangan menyerah, sebab itu hal yang wajar,
karena dalam sebuah perjalanan pasti ada kerikilnya* prisma esti prayogi*,
jangan terlalu menghentikan hidupmu jika Allah masih memberikan kesempatan
hidup. See you next time.