Nasihat Singkat Kematian
Bilamana hidup adalah sebuah keharusan maka kematian adalah sebuah kewajiban. Kebayakan orang akan memilih mencari headset yang sudah lama jatuh di bawah kolong tempat tidur lalu memasangkan ke telinga bila di ingatkan tentang mati. Apalagi bagi kita yang masih muda. Tak pernah mendengar tentang mati tapi mereka adalah golongan yang paling bisa menampilkan kesuntukan bila disinggung tentang mati. Muda yang diasumsikan semua hal bisa dan sangat mudah untuk diingat, tidak untuk mati. Mati itu mati dalam pikiran mereka. Hampir hampir kamus hidup mereka tak sekalipun mereka buka pada halaman yang tertera kata mati.
Apakah kita memang sedemikan geram terhadap mati ? Bahkan diiring do’a agar dia tak pernah berniat untuk datang kepada kita ? tertawalah, rayakan kebodohan terakbar yang konyol itu.
Pada hakikatnya kita hidup sembari menunggu giliran dijemput ajal, siapapun yang hidup didunia ini pasti akan meninggal, semua yang bernafas, semua yang memiliki ruh. Semua makhluk yang Allah ciptakan akan bertemu dengan ajalnya. Kita sering terlupakan oleh beribu aktivitas, seolah olah kita akan hidup selamanya didunia ini. Dunia hanya tempat persinggahan. Cepat atau lambat masing masing-masing diantara kita pasti akan kembali pada-Nya
Namun pertanyaan besar selalu muncul. Amal apa yang sudah kita punya? Sudahkah cukup amal kita untuk hidup di alam berikutnya? Sudah siapkah kita mempertanggungjawabkan segala yang dilakukan selama hidup didunia?
Notifikasi semesta perihal kerjasama merupakan filosofi simbiosis mutualisme yang unik. Tidak sekedar untuk sesama, bahkan yang berbeda kita harus hidup berguna. Wajib menguntungkan,dan nihil dari pada membuntungkan. Sejak awal tubuh kita senang bergotong royong. Dari hal sepele dan hal yang hampir tak berjarak. Membersihkan ujung jari telunjuk dengan ujung ibu jari. Hubungan diplomatik saraf ini dan saraf ini untuk saraf itu. Seberapa jauh kaki melangkah, butuh tangan untuk membersihkannya. Seberapa besar tangan meraih sesuatu butuh kaki untuk membawanya ke sana. Tolong, jangan mati sebelum berguna!
Satu persatu keluarga kita mulai Allah panggil. Kemudian teman teman kita,bahkan mereka yang lebih muda dari kita sudah lebih dulu menemukan ajalnya. Allah memberi peringatan akan kematian lewat mereka yang lebih dulu dipanggil oleh yang Maha kuasa. Kita mungkin pernah melihat beberapa teman kita sebelumnya terlihat sehat, tertawa, bersenda gurau namun tidak lama ajal menjemputnya dengan jalan yang tidak masuk akal.
Penyebab kematian tidak perlu masuk akal, karena siapa yang bisa menghentikan ajal mendekat? Jika sudah waktunya,maka kematian akan datang menjemput.Waktu kita terbatas, kesalahan terbesar kita seringkali kita mengira bahwa kita " Memiliki banyak waktu". Padahal kita sangat tahu bahwa kematian bisa datang kapan saja. Betapa banyak kematian demi kematian yang kita lihat hari ini dan hari sebelumnya, sementara jiwa ini masih saja banyak tertawa.
Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani RA mengatakan, “Wahai hamba Allah, sadarilah bahwa engkau hanya sebatas diberi harapan. Maka, jauhilah segala sesuatu selain Allah Azza wa Jalla dengan kalbumu sehingga engkau dapat dekat kepada-Nya. Matilah engkau sebelum mati. Matilah engkau dari dirimu dan makhluk. Sungguh telah diangkat berbagai hijab dari dirimu dan Allah Azza wa Jalla.”
Seseorang bertanya, “Bagaimana saya harus mati?” Lalu beliau menjawab, “ Matilah dari mengikuti kemauan, hawa nafsu, tabiat dan kebiasaan burukmu, serta matilah dari mengikuti makhluk dan dari berbagai sebab. Tinggalkanlah persekutuan dengan mereka dan berharaplah hanya kepada Allah, tidak selain-Nya. Hendaklah engkau menjadikan seluruh amalmu hanya kerana Allah Azza wa Jalla dan tidak mengharap nikmat-Nya.
Oleh : Farda Rahmadani