الجزاء من جنس العمل
“kemarilah kamu! Ambillah kantongmu. Biar aku tidur nyenyak di malam hari. Aku sudah tidak sabar dengan perhitunganmu”(Abu Ghiyats Al-Makki)
Seperti yang sudah diketahui, islam adalah agama yang penuh penuh kesejahteraan dan ketentraman, sebagaimana risalah yang telah dibawa oleh makhluk yang paling mulia di muka bumi ini. Banyak dalam risalah yang ia bawa berupa pesan-pesan yang mengandung hikmah dan menentramkan jiwa.
Dalam konteks islam banyak amalan amalan yang sudah disampaikan oleh sang purnama (Nabi muhammad saw), ada amalan langsung dibalas, ada juga yang ditunda hingga hari akhir, balsan dan faedahnya pun beragam.
Sebagaimana firman Allah ta’ala (Q.S. Al zalzalah : 7-8)
فَمَنۡ يَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرًا يَّرَه وَمَنۡ يَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗٗ
“barangsiapa yang melakukan kebaikan dan keburukan walau sebiji zarrah ,maka akan mendapatkan balasannya”
Namun tidak sedikit pula yang ragu dengan balasan yang Allah berikan, maka tak ayal orang masih ragu dalam beramal kebaikan, dan banyak amalan amalan yang orang lupakan.
Dalam kesempatan kali ini, kita akan menyelami kisah Abu Ghiyats yang menemukan uang 1000 dinar. Namun,tetap memegang amanah dengan uang itu. Sehingga mendapat balasan yang setra di dunia dengan 1000 dinar dan pahala di akhirat.Kisah ini berhasil direkam oleh ibnul jauzi, dalam kitabnya Shifat Ash-Shafwah (2/260-264) yang diceritakan oleh syaikhul mufassirin Abu Ja'far Muhammad bin Jarir At-Thabari (Ibnu Jarir)
Abu Ghiyats bernama Maula Ja’far bin Muhammad Al-Makki
Diceritakan pada tahun 240 H, jamaah haji sedang memenuhi kota mekkah berdirilah seorang jamaah yang berasal dari Khurasan. Seraya berkata “wahai segenap jamaah haji siapapun yang menemukan uang sejumlah seribu dinar hendaklah ia mengembalikannya kepadaku“
Abu Ghiyats pun mendengar dan menyahut pengunguman itu “wahai saudaraku, negeri kami ini banyak orang miskin, mungkin uangmu sudah ditemukan, kenapa tidak engkau tawarkan bagi orang yang mengembalikannya mendapatkan bagian 1/10 ((artinya ia mendapatkan seratus dinar)
Orang khurasan itu pun menjawab: “tidak! Akan kuserahkan urusan itu kepada Allah”
Mereka pun berpisah , Abu Ghiyats pun pulang ke rumahnya dengan dibuntuti oleh Ibnu Jarir. Ternyata benar saja sangkaan Ibnu Jarir , Abu Ghiyats lah yang menemukan uang itu.
Dirumah yang sederhana itu dihuni oleh 9 orang, Abu Ghiyats, istrinya, mertuanya, empat orang putrinya dan dua saudara perempuannya. Mereka hidup serba kekurangan, dan Abu Ghiyats sendiri sudah menderita kemiskinan selama 86 tahun lamanya. Istrinya pernah menyarankan untuk menggunakan uang tersebut, tetapi dengan godaan seperti itu Abu Ghiyats tidak akan pernah meruntuhkan sifat amanah dalam jati dirinya, dan ia menolak dengan tegas “untuk apa aku membaKAR perutku dengan api neraka, setelah aku bersabar selama 86 tahun dalam kemiskinan aku”
Kemudian di hari selanjutnya , orang khurasan itu kembali membuat pengunguman “wahai tamu Allah, barangsiapa yang mendapatkan uang sejumlah 1000 dinar harap mengembalikannya kepadaku!”
Abu Ghiyats kembali menyahut : “wahai saudaraku kemarin aku telah menyarankan kepadamu untuk memberi 1/10, tapi kau tolak cobalah dengan keikhlasan hatimu kau berikan 1/100 (artinya 10 dinar) bagi orang yang mengembalikannya . dikota ini susah mencari nafkah , siapa tahu akan ada yang mengembalikannya.”
Orang khurasan itu menjawab : “tidak !, akan kuserahkan semua urusan hanya kepada Allah”
Mereka kembali pberpisah, kali ini Ibnu jarir tidakalagi membuntuti Abu Ghiyats, karena sudah tahu apa yang disembunyikan olehnya.
Dihari ketiga, orang khurasan itu kembali membuat pengunguman “wahai orang-orang mukmin siapapun yang menemukan uang sejumlah 1000 dinar harap mengembalikannya kepadaku”
Abu Ghiyats menjawab lagi : “wahai orang khurasan 2 yahari yang berlalu aku menyarankan kamu untuk memberikan 1/10, tapi kau menolakya. Kemarin aku sarankan 1/100 tapi engkau juga teap bersikeras . tapi hari ini , dengan kerendahan dan kedermawanan hatimu cobalah berikan 1/1000 (artinya hanay 1 dinar), supaya orang yang menemukan itu iisa halal memakan uang yang ditemukannya”.
“Tidak akan! Urusannya tetap kuserahkan kepada Allah”kata orang khurasan tersebut. Karena sudah tida sabar lagi Abu Ghiyats pun menarik tangan orang itu, dan berkata “kemarilah kamu! Ambillah kantongmu. Biar aku tidur nyenyak di malam hari .Aku sudah tidak sabar dengan perhitunganmu”
Mereka pun pergi ke rumah Abu Ghiyats.serta diikuti oleh Ibnu Jarir. Setelahnya Abu Ghiyats pun pergi ke pojok ruangan lalu menggali tanah dan mengambil sekantong bundelan berisi uang “inikah kantongmu?”
Baca Juga : Ulama hidupnya glamour
“Ya , benar ini adalah kantongku” ia pun mengambil uang itu dari tangan Abu Ghiyats
Setelah diperiksa bahwa itu memang uangnya , orang itu pun beranjak keluar dari rumah itu seraya mengucapkan terima kasih. Namun, sesampainya diambang pintu orang itu kembali kepada Abu Ghiyats dan berkata wahai syaikh, sekarang uang ini sudah menjadi milikmu sepenuhnya,aku tidak pernah menemui orang yang lebih berhak darimu untuk menerima uang ini ’
Orang itu melanjutkan: “Aku telah diwasiatkan oleh ayahku untuk memberikan 1/3 dari 3000 dinar (artinya 1000 dinar) yang ia tinggalkan kepada orang yang memang sangat berhak, dan aku tidak pernah melihat orang yang amanah dirimu!”
Setelah menyerahkan uang itu dan menyampaikan amanah wasiat ayahnya orang itu pun meninggalkan Abu Ghiyats . dan hendak diikuti oleh Ibnu Jarir. Tapi, Abu Ghiyats kembali memanggil Ibnu Jarir “Wahai anak muda, kemarilah! Uang 1000 dinar ini ada hakmu. Dan aku tahu kau telah mengikutiku pada hari pertama”
Abu Ghiyats mengumpulkan 8 orang anggota keluarganya dan ditambah Ibnu Jarir, sehingga genaplah dirumah itu 10 orang. Dan Abu Ghiyats memberikan per orangnya 1\10 (10 dinar)
Ibnu Jarir menambahkan ; “Ketika Abu Ghiyats memberikan uang itu kepadaku aku pun membentangkan pakaianku, sedangkan mereka hanya dapat menengadahkan tangan karena pakaian yang mereka pakai tidak cukup lebar. Ditambah banyaknya tambalan”
Begitulah balasan yang didapatkan Abu Ghiyats karena sifat amanahnya dalam menjaga harta orang lain, sehingga Allah berikan balasan di dunia dan insya Allah pahala di Akhirat nanti.
Tetesan tinta : Rizki Phonna Bakrizal (3 S)