Wanita yang dirindukan
Fitrah dari setiap individu insan manusia tak mampu hidup sendiri dalam segala lini kehidupan sosial, harus ada orang lain yang menemani bahkan membantunya dalam menjalani hari-hari, begitu juga dua insan yang allah SWT ciptakan secara berlawanan, bukan untuk saling membedakan, menyalahi, ataupun merasa diri lebih baik dari lawan jenisnya,tapi untuk menutupi segala kekurangan dengan kelebihan , berbagi bahagia satu sama lain dan melangkah dengan satu tujuan demi melewati terjalnya jalan menuju kebahagian.
Lihatlah ombak dan pantai meskipun tak pernah bersatu mereka bisa hidup berdampingan, memberikan keindahan bagi setiap mata yang menikmatinya, rasa indah berwarna akan berpuncak dikala senja di ikut sertakan dalam satu bingkai kebahagian, membius segala kesengsaran, diubah menjadi rasa dan waktu yang dinantikan. Begitu pun manusia bila bersama membingkai kebahagian maka tentunya akan merasakan nikmatnya madu kebahagian dan dimabuk arak anggur kenikmatan.
Dari situ mari kita beranjak kesalah satu pasangan mulia di atas bumi dan di sanjung di langit, yaitu nabi muhammad SAW bersama cintanya khadijah RA, bagaimana beliau melewati ombak rumah tangga dengan bahtera yang telah di penuhi dengan keimanan, tak ada satu pun yang dapat menengelamkan kaish sayang mereka, kuat dan tangguh di topang keimanan.
Sebagai istri, siti khadijah pun sangat teruji kesetiannya, pernah nabi berkata kepada khadijah,’’aku merasa malu kepadamu wahai khadijah’’, khadijah heran dan bertanya kepada nabi,’’mengapa pula kau merasa begitu wahai rasulullah?’’, nabi menjawab,’’ sebab aku menikahimu dan engkau mulia di kaummu, kini kau di caci-maki mereka ,aku menikahimu dan kamu kaya raya, semua yang kau inginkan tersedia ,kini kau makan ala kadarnya, bahkan sering kali harus menahan lapar di waktu yang lama’’, sang istri memandang wajah suaminya dengan penuh cinta dan berkata,’’ duhai rasulullah!,hilangkan lah segala perasaan itu, engkau harus tahu, jangankan sekedar harta , seluruh tenaga, waktu,rasa, hidup dan matiku telah ku persembahkan untuk allah dan rasulnya.
Alangkah indah ucapan siti khadijah dan tulus dengan keimanan dihatinya.Dan juga pernah khadijah berkata ,’’ aku tidak mengharapkan apapun, tidak menginginkan apapun, kecuali nabi berbahagia hidup bersama ku.
Namun ketika siti khadijah terbaring lemah tak berdaya,dan mulai sakit -sakitan, tak lama khadijah pun meninggalkan nabi dalam kesedihan, nabi sangat terpukul, nabi mengurusi sendiri jenazah khadijah, memandikan, mengkafani dan menguburkannya,karena waktu itu belum disyariatkan shalat jenazah. Nabi mengantarkan sendiri khadijah ke tempat peristirahatan terakhir dengan rasa sedih dan kehilangan.
Bahkan tahun itu di namai dengan,’’AMUL HUZNI’’,tahun duka cita, selama ini tempat melipur lara khadijah, teman bercerita khadijah, nabi melewati rintangan dakwah dengan khadijah, maka jelas nabi sangat kesepian dan rindu kepada istri tercintanya.
Bahkan ketika nabi telah beristri beberapa orang wanita, khadijah masih saja terus di sebut-sebut nabi, hingga menimbulkan kecemburuan kepada istri-istrinya, termasuk aisyah RA, aisyah secara terang-terangan pernah berkata,’’aku tidak pernah mencemburui istri-istri nabi yang lain, aku justru cemburu kepada khadijah, meski aku tidak pernah berjumpa dengannya, karena tidak ada satu hari berlalu, kecuali menyebut namanya, terkadang nabi menyembelih kambing dan membagikannya kepada kawan-kawan khadijah. [HR.BUKHARI].
Dan juga pernah suatu ketika nabi didatangi seorang perempuan tua ke rumah nabi muhammad saw, di saat beliau tengah bersama aisyah, beliau bergegas membuka pintu, dan sangat memuliakan, bahkan mendudukkannya di tempat duduk beliau sendiri, hal yang sangat jarang beliau lakukan, kecuali kepada orang yang dianggap istimewa, melihat perlakuan nabi kepadanya membuat aisyah tak mampu menahan rasa penasaran dan segera bertanya ,’’siapa dia wahai rasulullah?, rasulullah menjawab,’’ia adalah kawannya khadijah, kedatangannya mengingatkanku kepadanya.
Aisyah tersentak mendengar jawaban nabi, ia tak mampu menahan rasa cemburu, wajahnya merah. Dengan tanpa menyembunyikan rasa di htainya, aisyah berkata,’’khadijah,khadijah,,,,,!,sampai kapan kau sebut-sebut wanita tua itu ya rasulullah, bukankah telah allah gantikan untukmu yang lebih baik darinya?.
mendengar ucapan aisyah, nabi marah, wajahnya memerah, dahinya mengeras, dan dengan nada sangat serius beliau menjawab,’’sungguh demi allah yang telah mengutusku menjadi seorang nabi, allah tidak pernah menggantikan untukku yang lebih baik dari pada khadijah. ia beriman kepadaku di saat belum ada siapapun beriman, ia mengorbankan hartanya untukku, di saat orang-orang tidak melakukan itu, dan darinya allah karuniakan anak yang tidak dikaruniakan dari selainya,’’
jawaban itu membuat aisyah terdiam, ia menyadari betapa mulianya wanita itu, betapa besar jasanya dalam islam, betapa rindunya nabi kepadanya, ‘’ sejak hari itu, aku tak pernah lagi menyebut nama khadijah dengan keburukan.’’ ujar aisyah (HR,BUKHARI).
di tahun kedelapan hijriah saat kota mekkah ditaklukkan orang muslim, semua warga mekkah dikumpulkan dalam masjid, namun nabi muhammad saw tidak ada disana, para sahabat heran, dan bertanya-tanya, tapi tak lama sesudah itu datang lah seseorang membawa kabar bahwa nabi akan segera datang, ia bercerita bahwa setelah memasuki kota mekkah dan mengurusi beberapa urusan mendesak nabi berjalan seorang diri ke pinggiran kota mekkah, di lembah yang tak ada bangunan satu pun, nabi duduk dan terpekur sangat lama, sesekali diusapnya air mata yang terus mengalir di pipinya, rupanya tempat itu adalah makam siti khadijah.
betapa rindunya nabi kepada khadijah sehingga tempat yang pertama kali beliau datangi di mekkah adalah makam khadijah, sungguh dalam cinta nabi muhammad saw kepada wanita luar biasa ini, begitu dalamnya memori kenangan tentangnya yang tak akan pernah dilupakan. dari itu sudah seharusnya bagi para muslimah, menjadikan dirinya sebagai khadijah di zaman sekarang, wanita yang tangguh dengan keimanan dan kasihnya yang tak surut dihantam cobaan, menjadi wanita yang dirindukan pasangannya kelak.
Oleh; SABIRIN EL-FUDADI