Sosok Uama yang Berpengaruh di Negeri Paman Sam
majalahumdah.com - Hamza Yusuf adalah seorang ulama asal Amerika Serikat dan salah satu pendiri Zaytuna College. Ia adalah satu di antara sejumlah pendukung pembelajaran Ilmu Islam klasik dan telah mempromosikan ilmu-ilmu dan metode pengajaran Ilmu Islam klasik tersebut ke seluruh dunia.
Ia adalah seorang penasehat di Program Studi Keislaman di Stanford University dan di Pusat Studi Keislaman di Pasca-sarjana Teologi di Berkeley. Ia juga menjadi anggota dewan penasehat di '"One Nation" George Russell', suatu inisiatif filantropi nasional yang menyerukan pluralisme dan inklusif di Amerika Serikat. Sebagai tambahan, ia juga menjadi wakil presiden pada Pusat Global untuk Bimbingan and Pembaharuan, yang didirikan dan saat ini diketuai oleh Abdallah bin Bayyah
Hamza adalah salah satu tokoh yang menandatangani A Common Word Between Us and You, suatu surat terbuka oleh para ulama Islam kepada para pemimipin Kristiani, menyerukan perdamaian dan saling memaklumi. Harian The Guardian di Inggris menyebutkan bahwa "Hamza Yusuf adalah ulama Islam barat yang paling berpengaruh.
Kehidupan Awal
Yusuf terlahir dengan nama Mark Hanson dari dua orang tua yang akademisi[ di negara bagian Washington dan dibesarkan di California Utara. Ia anak laki-laki kedua dan pertengahan dari tujuh bersaudara]. Ayahnya seorang profesor ilmu sosial di suatu universitas di California Utara, sementara ibunya lulusan Universitas California di Berkeley.
Ia berdarah skotlandia dan Irlandia Dari garis ayahnya, sementara dari ibunya berdarah Yunani dan eropa utara lainnya. Kakek dari kakeknya dari sebelah ayah bernama Michael O'Hanson berimigrasi dari Irlandia ke Philadelphia pada tahun 1840-an yang saat itu mengalami masa paceklik, sementara ayahnya dilahirkan di Duluth, Minnesota. Kakek dan neneknya dari sebelah ibu berimigrasi ke Amerika Serikat melalui pulau Ellis di New York pada tahun 1896.
Ia dibesarkan dalam lingkungan agama Kristen Ortodoks Yunani dan bersekolah di pesisir timur dan barat negara Amerika Serikat. Saat usianya 12 tahun, kakek dari sebelah ibunya mengirim Hamza dan saudarinya, Nabila, ke Kamp Ortodoks di Yunani untuk belajar agalam Katolik (Ia tampaknya diarahkan agar menjadi pendeta pada masa mudanya). Pada tahun 1977, setelah mengalami kecelakan mobil yang hampir mematikan, ia mulai mencari-cari tentang kehidupan setelah mati dan mulai membaca Al-Qur'an yang pada akhirnya ia memeluk agama Islam Saudarinya Nabila adalah satu-satu saudaranya yang masuk ke agama Islam.
Pendidikan
Hamza Yusuf menghabiskan waktunya belajar di luar Amerika Serikat selama sepuluh tahun. Tidak lama setelah pindah agama ke Islam, Yusuf pindah ke London di Inggris, ke Granada di Spanyo dan pada akhirnya Al Ain di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab untuk mengejar secara serius ilmu-ilmu keislaman. Di sana, ia secara khusus belajar bahasa arab dan juga sekaligus menjadi muazzin di suatu masjid lokal selama empat tahun. Ia berkenalaan dengan sejumlah ulama asal Mauritania dan lalu mulai belajar secara serius ilmu-ilmu islam termasuk fiqih mazhab Maliki. Pada akhirnya ini membawanya melakukan perjalanan ke negeri Mauritania untuk belajar lebih serius kepada satu ulama paling terkenal di sana, Sidi Muhammad ould Fahfu al-Massumi, lebih dikenal sebagai Murabit al-Hajj. Selama masa tinggalnya di sana, Yusuf tinggal dan belajar langsung kepada Murabit al-Hajj selama 3 tahun.
Selain gelar-gelar keislaman, ia pun berhasil menamatkan pendidikan dalam sastra Inggris dengan gelar Sarjana Muda (A.A) di Imperial Valley, California pada tahun 1990 dan Ilmu keperawatan (gelar A.S) dari kampus yang sama.
Pada tahun 1991 ia dianugerahi gelar doktor Honoris Causa oleh Syaikh Shadhili Naifer, dekan Universitas Zaytuna di Tunis, dan sejak tahun 2009 sampai saat ini, Ia terdaftar sebagai kandidat doktor dalam program studi keislaman di Graduate Theological Union, Berkeley
Yusuf pernah menyatakan bahwa aksi terorisme tidak memiliki landasan hukum fiqih.Ia menyatakan serangan 11 September sebagai "suatu aksi 'pembunuhan massal murni semata-mata'". Sambil mengecam serangan-serangan tersebut, ia juga menyatakan bahwa "Islam telah dibajak ... di pesawat tersebut sama seperti halnya korban yang tidak bersalah".
Pusat Studi Strategis Keislaman Kerajaan Jordania saat ini menempatkannya pada posisi ke-42 di antara 500 orang muslim yang paling berpengaruh di dunia. Majalah Egypt Today mendeskripsikannya sebagai seorang bintang rok teologi, "Elvis Presley-nya Muslim Barat. Baru-baru ini, Hamza Yusuf ditempatkan sebagai "Ulama muslim barat yang paling berpengaruh di dunia" oleh The 500 Most Influential Muslims, dengan editor John Esposito dan Ibrahim Kalin (2009).