Kronologi Sejarah Peradaban Islam
Kronologi Sejarah Peradaban Islam
Masa Kelahiran – Wafat Nabi Muhammad SAW
ABAD 6
571 – Kelahiran Nabi Muhammad SAW di Negeri Mekah
577 – Ibunda Nabi Muhammad SAW bernama Aminah meninggal dunia
580 – Kakek Nabi Muhammad SAW bernama Abdul Muthalib meninggal dunia
583 – Perjalanan pertama Nabi Muhammad SAW bersama paman beliau dan kafilah dagang lainnya ke Suriah
591 – Nabi Muhammad SAW ikut serta dalam perang Fijar. Baginda berperan dalam mengumpulkan anak panah.
596 – Perjalanan kedua Nabi Muhammad SAW bersama kafilah dagang ke Suriah
596 – Nabi Muhammad SAW menikah dengan Khadijah binti Khuwailid
ABAD 7
601 – Peletakan Hajar Aswad dan Pemugaran Ka’bah
610 – Kelahiran Fathimah Az-Zahra
611 – Turunnya wahyu pertama ketika Nabi berada di gua Hira’
611 – Muhammad diangkat sebagai Nabi
614 – Dimulainya dakwah secara sembunyi-sembunyi di Mekkah setelah turun surat Al-Mudatsir ayat 1-7
615 – Hijrah pertama ke Habsyah
617 – Dimulainya dakwah secara terang-terangan setelah turun surat Al-Hijr ayat 94
619 – Tahun kesedihan bagi Nabi dimana wafatnya Khadijah dan Abu Thalib
621 – Terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj
621 – Rasulullah menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar
622 – Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah
622 – Rasulullah menikah dengan Saudah binti Sam’ah
623 – Terjadinya perang Nakhla pada bulan Muharram. karena perang ini Nabi sangat marah kepada kaum muslimin karena beliau tidak pernah memerintahkan berperang di bulan haram
624 – Pertempuran Badar yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad
624 – Pengusiran Bani Qainuqa
624 – Rasulullah menikah dengan Hafshah binti Umar
624 – Rasulullah menikah dengan Zainab binti Khuzaimah
625 – Pertempuran Uhud
625 – Rasulullah menikah dengan Hindun (Ummu Salamah binti Abu Ummayah)
626 – Rasulullah menikah dengan Zainab binti Jahsy
626 – Rasulullah menikah dengan Juwairiyah binti Al-Harits
625 – Evakuasi Yahudi Bani Nadhir
626 – Rasulullah menikah dengan Zainab binti Jahsy
626 – Perang Dzatur Riqa
626 – Perang Badar Al-Mau’id.
627 – Perang Daumatul Jandal
627 – Rasulullah menikah dengan Mariyah Al-Qibthiyah
627 – Perang Bani Al-Mushthaliq dan peristiwa fitnah terhadap Aisyah R.A
627 – Pertempuran Khandaq / parit (Ahzab)
628 – Kemenangan nyata (Perjanjian Hidaibiyah antara Muhammad bin Abdullah sebagai delegasi kaum Muslimin dengan Suhail bin Amr sebagai delegasi kaum Quraisy) menghasilkan 10 poin kesepakatan
628 – Rasulullah menikah dengan Ummu Habibah binti Abu Sufyan
628 – Rasulullah menikah dengan Shafiyah binti Huyai
628 – Rasulullah menikah dengan Maimunah binti Al-Harits
629 – Perang Khaibar
629 – Nabi Muhamad SAW melakukan umroh ke Mekah.
629 – Ekspedisi Mu’tah (Perang pertama antara Arab Muslimin dan Bizantium)
630 – Fathul Makkah (Penaklukan Mekkah)
630 – Perang Hunain dan Thaif
631 – Perang Tabuk. Perang di masa sulit
631 – Islam telah menguasai sebagian besar Jazirah Arab
632 – Haji Wada’
632 – Wafatnya Nabi Muhammad SAW
Masa Khulafaur Rasyidin
Abad ke 7
632 – Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shidiq sebagai Khalifah pertama
632 – Pendirian Baitul Mal
632 – Perang terhadap golongan murtad dan orang yang enggan membayar zakat dipimpin oleh Khalid bin Walid ke wilayah Bani Assad dan Bani Gathafan
632 – Wafatnya Fathimah binti Muhammad
632 – Perang Yamamah (pembunuhan terhadap Musailamah yang mengaku dirinya nabi)
632 – Pengumpulan musaf Al-Quran pertama
633 – Ala’ bin Hadrami diutus untuk memerangi penduduk murtad di Bahrain
633 – Ikrimah bin Abu Jahal diutus untuk memerangi penduduk murtad di Amman
633 – Muhajir bin Ummayah diutus untuk memerangi penduduk murtad di wilayah suku Najir
634 – Khalid bin Walid diutus untuk menaklukkan wilayah Basrah dan memerangi Ublah (nabi palsu)
634 – Khalid bin Walid menaklukkan wilayah kekuasaan Kisra Persia di Irak
634 – Amr bin Ash menaklukkan Syam dalam perang Ajnadain
634 – Wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq
634 – Umar bin Khaththab ditunjuk sebagai Khalifah kedua
634 – Melanjutkan program Abu Bakar yang belum selesai yakni penaklukkan wilayah luar Islam dan wilayah yang mencoba melepaskan diri dari Islam (murtad)
634 – Penggunaan kalimat Amirul Mukminin untuk menunjuk pemimpin umat Islam
635 – Penaklukkan kota Hims, Baklabakka, Basrah, dan Aballah
635 – Pelaksanaan shalat tarawih berjamaah pertama kali
636 – Penaklukkan wilayah Yordania secara damai, wilayah Thibriyyah melalui peperangan
636 – Terjadinya perang Yarmuk dan Qadissiyah
636 – Sa’ad bin Abi Waqqash membangun kota Kuffah pertama kali
636 – Umar membangun perkantoran dan memberikan gaji khusus kepada orang yang pertama kali masuk Islam dan ikut berperang menegakkan Islam
636 – Membentuk UU pertama menggunakan Ijtihad, antara lain :
Memberikan hukuman kepada penghujat
Hukum cambuk peminum khamr sebanyak 80 kali
Melarang kawin mut’ah
Melarang menjual budak yang melahirkan anak tuannya
Mengumpulkan umat Islam untuk sholat jenazah berjamaah dengan 4 takbir
637 – Penaklukkan sebagian besar wilayah Kisra Persia oleh pasukan Sa’ad bin Abi Waqqash
637 – Pembebasan Baitul Maqdis oleh Umar bin Khaththab
637 – Dimulainya penanggalan tahun hijriah yang diusulkan oleh Ali bin Abi Thalib
638 – Perluasan mesjid Nabawi pertama kali
639 – Penaklukkan sejumlah wilayah jazirah Arab yaitu Harat, Simsath, Haran Nashibin, Jundisapur, mosul dan Haiwan
640 – Terjadinya wabah penyakit sampar di sebagian wilayah Islam
641 – Amr bin Ash berhasil menaklukkan Mesir kecuali Alexandria dan Maroko
641 – Pembersihan etnis non Islam dari Mekkah dan Madinah
642 – Penaklukkan Alexandria, Barkah dan Nahawan
643 – Penaklukkan Azerbaijan, Daynawar, Masibzan, Hamdzan, Tripoli, Ray, Askar, dan Kaumas
644 – Penaklukkan Karman, Sajistan, Markan, serta wilayah disekitar pegunungan Asfahan
644 – Wafatnya Umar bin Khaththab karena ditikam oleh Lu’lu’ah pada saat sholat shubuh
644 – Pengangkatan Ustman bin Affan sebagai khalifah ketiga
645 – Sa’ad bin Abi Waqqash ditunjuk sebagai gubernur Kuffah
646 – Walid bin Uqbah menggantikan Sa’ad sebagai gubernur
647 – Renovasi dan perluasan Masjidil Haram
648 – Muawwiyah bin Abu Sofyan menaklukkan kepulauan cyprus
649 – Penyerangan pertama ke Andalusia
650 – Penulisan Al-Quran yang dikenal dengan mushaf Utsmani
651 – Penaklukkan kota-kota di wilayah Khurasan
651 – Penetapan pajak di daerah luar Jazirah Arab
654 – Penyerangan ke wilayah Habasyah
655 – Awal pemberontakan masyarakat Kuffah kepada Khalifah
656 – Pengepungan dan pembantaian keluarga Ustman bin Affan
656 – Wafatnya Ustman bin Affan
656 – Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah keempat
656 – Perombakan sistem pemerintahan, Awal munculnya pemberontakan terhadap khalifah
657 – Aisyah, Thalhah, dan Zubair pergi ke Basrah sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap kebijakan Ali. Perang Jamal (Perang saudara pertama)
658 – Pemberontakan Muawwiyah yang berbasis di Syam
658 – Perang Shiffin
658 – Terbentuknya kesepakatan antara Ali dan Muawwiyah
658 – Munculnya golongan Syiah dan Khawarij sebagai pendukung Ali
659 – Penumpasan golongan Khawarij di Nahrawan dan meluasnya perpecahan umat Islam
660 – Kesepakatan Ibnu Muljam dan golongannya untuk membunuh Ali, Muawwiyah dan Amr bin ash
661 – Wafatnya Ali bin Abi Thalib karena ditebas pedang beracun Ibnu Muljam
Masa Dinasti Umayyah
661 – 680 (Muawiyah I)
Berdirinya Dinasti Umayyah
Muawiyah bin Abu Sufyan diangkat menjadi khalifah pertama setelah Khulafaur Rasyidin
Ibukota Islam dipindahkan dari Madinah ke Damaskus
Dimulainya gencatan senjata dengan Bizantium
Ekspansi Islam ke kepulauan Jarba di Tunisia, kepulauan Rhodesia, kepulauan Kreta, kepulauan Ijih dekat Konstantinopel, Aljazair, dan Asia Tengah
Penciptaan stabilitas nasional. Pendirian departemen pencatatan administrasi negara, pembuatan stempel pertama kali dalam sejarah pemerintahan Islam
Pembangunan departemen pemungutan pajak
680 – 683 (Yazid I)
Muawiyah digantikan oleh anaknya Yazid bin Muawiyah
Terjadinya tragedi Karbala dimana Husain dibunuh
Peristiwa Hurrah dan penghalalan Madinah oleh Yazid I, pertumpahan darah dihalalkan untuk membasmi pemberontak
683 – 684 (Muawiyah II)
Posisi khalifah digantikan oleh Muawiyah bin Yazid
Periode pemerintahannya tidak sampai setahun, ia mengundurkan diri karena sakit lalu meninggal dunia
684 – 685 (Marwan I)
Setelah Muawiyah II wafat, posisi khalifah digantikan oleh Marwan bin Hakam.
Terjadi dualisme kepemimpinan. Marwan bin Hakam berpusat di Damaskus, sementara Abdullah bin Zubair di Hijaz (Mekkah dan Madinah)
685 – 692 (Abdul Malik bin Marwan)
Abdullah bin Zubair masih berkuasa terutama di wilayah Mekkah dan Madinah. Hingga pada akhirnya ia terbunuh pada tahun 1692.
Di pihak Dinasti Umayyah sendiri, setelah kematian Marwan I posisi khalifah digantikan oleh Abdul Malik bin Marwan. Namun posisi ini belum resmi dikarenakan masih berkuasanya Abdullah bin Zubair
Pemberontakan dari kelompok Syiah yang dipimpin oleh Al-Mukhtar di Kuffah
692 – 705 (Abdul Malik bin Marwan)
Abdul Malik bin Marwan resmi menjadi khalifah kelima.
Pembuatan mata uang sendiri yaitu dinar dan dirham.
Menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan
Penaklukkan Balkanabad, Bukhara, Khawafizm, Punjabi, dan wilayah lainnya di Asia Selatan
705 – 715 (Walid I)
Posisi khalifah keenam dipegang oleh Walid bin Abdul Malik
Pembangunan mesjid Damaskus, mesjid Cordova, memperluas mesjid Nabawi
Penaklukkan Sisilia, Merovits, Afrika
Penaklukkan Andalusia oleh Thariq bin Ziyad pada tahun 710 M
Penaklukkan Asia Tengah oleh Quthaibah bin Muslim al Bahili
Ekspedisi militer dari Afrika Utara ke Eropa Barat Daya
Penaklukkan India oleh Ibn Qasim Ats-Tsaqafi
715 – 717 (Sulayman)
Posisi khalifah berikutnya dipegang oleh Sulayman bin Abdul Malik
Pengepungan Konstantinopel
717 – 720 (Umar II)
Posisi khalifah kedelapan dipegang oleh Umar bin Abdul Aziz
Umar mendapat gelar Khulafaur Rasyidin kelima karena kesolihan dan kemuliannya
Umar meakukan komunikasi politik dengan semua kalangan termasuk Syiah
Melakukan reformasi sistem zakat dan shodaqoh sehingga pada zaman beliau tidak ada kemiskinan
Mengirim mubaliq ke daerah kekuasaan Islam
720 – 724 (Yazid II)
Posisi khalifah kesembilan dipegang oleh Yazid bin Abdul Malik
Banyak terjadi konfrontasi dan kerusuhan akibat cara kepemimpinan Yazid II yang senang berfoya-foya
724 – 743 (Hisyam)
Posisi khalifah kesepuluh dipegang oleh Hisyam bin Abdul Malik
Terjadi pemberontakan oleh Zaid bin Ali bin Husain sebagai kelompok Syiah
Konflik Arab Utara dengan Arab Selatan
Tentara Islam merebut Nimes di Perancis
743 – 744 (Walid II)
Walid bin Yazid bin Abdul Malik memegang posisi khalifah berikutnya.
Posisi musuh semakin kuat. Banyak terjadi pemberontakan
744 (Yazid II)
Tampuk kekhalifahan berikutnya dipegang oleh Yazid bin Walid.
Kehancuran Dinasti Umayyah mulai terlihat
744 (Ibrahim)
Tampuk kekhalifahan berikutnya dipegang oleh Ibrahim bin Walid
Kehancuran Dinasti Umayyah semakin terlihat jelas.
Beberapa penyebab timbulnya benih kehancuran Umayyah adalah karena beberapa khalifah terakhir terbukti tidak cakap. Mereka bisa dikatakan tidak bermoral dan bobrok. Sistem penunjukkan khlaifah yang bersifat monarki daripada musyawarah juga menjadi sebab pemicu. Selain itu, para pemimpin negara ini lebih senang berfoya-foya, tenggelam dalam kemewahan, lebih suka berburu dan mendengarkan musik dibandingkan membaca Al-Quran dan mengurus persoalan negara.
744 – 750 (Marwan II)
Marwan bin Muhammad bin Marwan ditunjuk sebagai khalifah terakhir Dinasti Umayyah
Pemberontakan kaum Khawarij
Pemberontakan keturunan Abbas bin Abdul Muthalib
Kekalahakn tentara Umayyah di Kuffah, Iraq terhadap tentara Abbasiyah
Damsyik direbut oleh tentara Abbasiyah.
Potensi perpecahan antar suku, etnis, dan kelompok politik tumbuh semakin kuat.
Runtuhnya kekhalifahan Dinasti Umayyah
Baca Juga: Bisyr Al-Hafi, Waliyullah yang Zuhud
Dinasti Abbasiyah
750-754 (Rabi’ul Akhir 132 H-Dzulhijjah 136 H)
Abu Al-Abbas As-Saffah dari marga Bani Hasyim suku Quraisy menduduki jabatan sebagai khalifah pertama Dinasti Abbasiyah
Pemerintahan berpusat di Kuffah
Mayoritas gubernur As-Saffah diangkat dari kalangan paman-pamannya dan anak-anak pamannya
Banyak dilakukan konsolidasi internal dan penguatan pilar-pilar negara
Tahun 754 M, As-Saffah terkena cacar dan meninggal dunia
754-775 (Dzulhijjah 136 H-Dzulhijjah 158 H)
Abu Ja’far bin Abdullah bin Muhammad bin Ali diangkat menjadi khalifah ke-2
Posisi kekhalifahan dipindahkan ke Baghdad dan Al-Manshur membiayai pembangunan Baghdad sebesar 18.000 dinar
Al-Manshur mengirim anaknya Al-Mahdi untuk memerangi Thibristan
Pembangunan Ar-Rashafah untuk anaknya Al-Mahdi. Ar-Rashafah terletak di sebelah timur Baghdad
775-785 (Dzulhijjah 158 H-Muharram 169 H)
Muhammad Al-Mahdi bin Al-Manshur menjabat sebagai khalifah diusianya ke-22 tahun.
Perluasan Masjidil Haram, penghapusan nama Al-Walid bin Abdil Malik dari dinding Masjid Nabawi, diganti dengan tulisan namanya
Mengutus Harun Ar-Rasyid sebagai panglima pasukan khurasan bersama Khalid bin Barmak
Penyerbuan ke Romawi yang dipimpin oleh Ar-Rasyid
Mengusut kelompok zindiq (orang yang melepaskan diri dari agama) dan membunuh mereka
785-786 (Muharram 169 H-Rabi’ul Awal 170 H)
Musa Al-Hadi bin Muhammad bin Ja’far Al-Manshur diangkat sebagai khalifah pada usia 25 tahun.
Terjadinya peristiwa pemberontakan Fakh dari Al-Husain (keturunan Ali bin Abi Thalib) di Madinah
Idris (keturunan Ali bin Abi Thalib) mendirikan Daulah Adarisah di Maghrib.
786-809 (Rabi’ul Awal 170 H-Jumadil Akhir 194 H)
Harun Ar-Rasyid bin Muhammad Al-Mahdi diangkat menjadi khalifah
Membangun kota Baghdad dengan bangunan-bangunan yang megah
Membangun tempat-tempat peribadatan
Membangun sarana pendidikan, kesenian, kesehatan, dan perdagangan
Mendirikan Baitul Hikmah sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi, perpustakaan, dan penelitian
Membangun majelis Al-Muzakarah, yakni lembaga pengkajian masalah-masalah keagamaan yang diselenggarakan di rumah, mesjid, dan istana.
Baca Juga: Panglima Prerang Terbaik yang Pernah Ada, Inilah 11 Keteladanan Sultan Al-Fatih
Munculnya Daulah Aghalibah
809-813 (Jumadil Akhir 194 H-Muharram 198 H)
Muhammad Al-Amin bin Harun Ar-Rasyid diangkat menjadi khalifah pada usia 23 tahun
Terjadi konflik saudara antara Al-Amin dan Al-Ma’mun yang mengakibatkan terpecahnya wilayah kekuasaan Islam dan Al-Amin terbunuh
813-833 (Muharram 198 H-Rajab 218 H)
Al-Ma’mun bin Harun Ar-Rasyid diangkat menjadi khalifah
Munculnya sekte Bathiniyah bernama Al-Kharramiyah dengan pemimpinnya bernama Babik Al-Kharrami. Sekte ini beragama sekehendak dan sesuka hatinya
Berkembangnya ilmu kalam
Muncul sekte Muktazillah dibawah pimpinan Syaikh Ibrahim bin Siyyar. Sekte ini bertumpu pada akal dalam masalah akidah
Adanya kebebasan mutlak dalam berdebat
833-842 (Rajab 218 H-Rabi’ul Awal 227 H)
Al-Mu’tashim Billah Abu Ishaq Muhammad bin Ar-Rasid bin Al-Mahdi diangkat menjadi khalifah pada usia 39 tahun
Terjadi peperangan melawan Babik Al-Kharrami.
Al-Mu’tashim memilih para panglima dari bangsa Turki, meniadakan bangsa Arab dari kepemimpinan tentara.
Adanya tragedi pengurungan Imam Ahmad bin Hambal
842-847 (Rabi’ul Awal 227 H-Dzulhijjah 232 H)
Al-Watsiq Billah Abu Ja’far Harun bin Al-Mu’tashim bin Ar-Rasyid diangkat menjadi khalifah pada usia 41 tahun
Terjadinya ekspedisi untuk menghadapi Bani Sulaim yang dipimpin oleh Bagha Al-Kabir Abu Musa At-Turki
Terjadinya kerusakan yang disebabkan oleh Bani Numair di Yamamah
Al-Watsiq melakukan propaganda bahwa Al-Qur’an adalah makhluk
Al-Watsiq banyak melakukan perbuatan keji, salah satunya memenggal Ahmad bin Nashar bin Malik
847-861 (Dzulhijjah 232 H-Syawal 247 H)
Al-Mutawakkil Alallah bin Al-Mu’tashim bin Ar-Rasyid diangkat menjadi khalifah
Kuburan Ali bin Abi Thalib dirobohkan berikut tempat persinggahan dan rumah-rumah yang berada di sekitarnya
Berdirinya Daulah Ya’fariyah di Shan’a yang didirikan oleh Ya’far bin Abdurrahman selama 140 tahun
Pengaruh Turki semakin besar dalam hal urusan negara, kesewenang-wenangan dalam urusan kekhalifahan, manajeman dan tentara
Panglima Turki bersekutu dengan Al-Mustanshir Billah dan membunuh Al-Mutawakkil
861-862 (Syawal 247 H-Rabi’ul Akhir 248 H)
Muhammad Al-Mustanshir bin Al-Mutawakkil diangkat menjadi khalifah
Masa ini merupakan era Abbasiyah kedua dimana pengaruh Turki semakin besar
862-866 (Rabi’ul Akhir 248 H-Muharram 252 H)
Al-Musta’in Billah Ahmad bin Muhammad bin Al-Mu’tashin bin Ar-Rasyid diangkat menjadi khalifah
Kekuasaan khalifah menjadi lemah, kekuasaan dipegang oleh budak-budak Persia. Mereka menentukan pengangkatan menteri. Jika mereka tidak menyukainya, menteri itu dipecat dan harta kekayaannya disita.
Berdiri Daulah Zaidiyah. Al-Hasan bin Zaid bin Muhammad bin Ismail bin Al-Hasan bin Zaid bin Al-Hasan bin Ali pergi ke pelosok Thibristan dan berhasil membentuk satu negara yang dikenal dengan Daulah Zaidiyah (250 H-300 H)
Timbulnya huru-hara besar antara tentara Baghdad dengan tentara Samara antara pihak Al-Mu’taz dan Al-Musta’in. huru-hara ini mempengaruhi kondisi eksternal negara sehingga Romawi membunuh 2 panglima perbatasan yaitu Umar bin Abdullah Al-Aghta dan Ali bin Yahya Al-Armani
866-869 (Muharram 252 H-Rajab 255 H)
Posisi kekhalifahan dipegang oleh Abu Abdillah Al-Mu’taz bin Al-Mutawakkil
Khalifah Abbasiyah semakin rapuh
Para tentara Turki melakukan tindakan keji terhadap khalifah dan mencopot jabatan khalifah dari Al-Mu’taz secara paksa
869-870 (Rajab 255 H-Rajab 256 H)
Posisi khalifah dipegang oleh Muhammad Al-Muhtadi Billah bin Harun Al-Watsiq
Al-Muhtadi mendirikan Kubatul Madzalim (sebuah bangunan berbentuk kubah yang memiliki empat pintu sebagai tempat pengaduan kezaliman
Terjadinya pemberontakan tentara Turki yang berakibat pada Al-Muhtadi ditangkap dan dibawa ke istana dalam keadaan hina dina, posisi kekhalifahannya juga dicopot
870-892 (Rajab 256 H-Rajab 279 H)
Ahmad Al-Mu’tamad Alallah bin Al-Mutawakkil bin Al-Mutashim diangkat menjadi khalifah
Abu Ahmad Thalhah bin Al-Mutawakkil memegang kepemimpinan tentara dan wilayah. Karena itu penguasa sebenarnya adalah Abu Ahmad, bukan khalifah
Terjadinya pemberontakan penguasa negara
Berdirinya Daulah Thuluniyah di Mesir (258-292 H). pendirinya bernama Ahmad bin Thulun dari Turki
Berdirinya Daulah Samaniyah tahun di Transoxania (261-389 H), yang didirikan oleh keluarga Sabaktakin dan Turki Khaganiyah
Muncul kelompok Qaramithah di Bahrain, Irak, Syam. Para propagandis Fathimiyin giat melakukan propaganda di Yaman dan Afrika
892-902 (Rajab 279 H-Rabi’ul Akhir 289 H)
Posisi kekhalifahan dipegang oleh Al-Mu’tadhid Billah Abul Abbas Ahmad bin Abi Ahmad Al-Muwaffaq
Masa-masa kekhalifahan berjalan baik, pajak dihapuskan, keamanan dan kesejahteraan terjamin
Melarang Al-Warraqin (para penulis buku) menjual buku-buku filosof dan yang semisalnya. Melarang tukang dongeng dan ahli nujum duduk di jalan
Penyerangan terhadap Romawi bertambah pesat, baik melalui perbatasan Syam, khususnya Tharsus dan perbatasan Al-Jazirah
Penyerangan terhadap negara Turki yang berada di Transoxania
902-908 (Rabi’ul Akhir 289 H-Dzulqaidah 295 H0
Posisi kekhalifahan dipegang oleh Al-Muktafi Billah Ali bin Ahmad Al-Mu’tadhid
Konflik dan persaingan internal semakin pesat
Al-Muktafi melakukan pembunuhan terhadap sekte Qaramithah dan pembersihan wilayah Syam dari mereka, walaupun tidak secara total
Berakhirnya Daulah Thulun di Mesir di tangan Abbasiyin dan Daulah Aghalibah di Afrika di tangan Abu Ubaidillah Asy-Syi’i
908-932 (Dzulqaidah 295 H-Syawal 320 H)
Posisi khalifah dipegang oleh Ja’far Al-Muqtadir Billah bin Al-Mu’tadhid bin Ahmad bin Al-Mutawakkil pada usia 13 tahun berdasarkan dekrit saudaranya
Campur tangan dari ibunya dalam hal urusan negara
Abdurrahman An-Nashir memproklamirkan diri sebagai Amirul Mukminin di Andalusia
Di Afrika berdiri Daulah Fathimiyah tahun 279 H mengambil tempat kota Al-Mahdiyah yang didirikan oleh Ubaidillah Al-Mahdi dekat Qairuwan
Di Mosul berdiri Daulah Hamadzan, namun kekuasaan mereka tidak kokoh (293 H-380 H)
Banyak terjadi kerusuhan dari tentara, panglima bobrok, khalifah dibunuh dan disembelih oleh sebagian tentara
932-934 (Syawal 320 H-Jumadil Ula 322 H)
Abu Muhammad Al-Qahir bin Al-Mu’tadhid bin Al-Muwaffiq Thalhah bin Al-Mutawakkil diangkat menjadi khalifah, karena dipilih panglima tentara Mu’nis
Al-Qahir memiliki prilaku yang buruk, mengkhianati Mu’nis dan membunuhnya. Akhirnya Al-Qahir meninggal dunia karena dibunuh. Semua tindakan ini atas rencana menterinya Ibnu Muqlah
934-940 (Jumadil Ula 322 H-Rabi’ul Awal 329 H)
Ar-Radhi Abul Abbas Ahmad Al-Muqtadir bin Abi Ahmad Al-Muwaffiq diangkat menjadi khalifah
Terjadinya konflik dan persengketaan untuk meraih posisi Amirul Umara (Pemimpin para pangeran) di Baghdad
Para musuh terus dari hari ke hari menggerogoti tanah kekhalifahan yang sudah tidak memiliki pamor dan kekuasaan
Munculnya Daulah Ikhsyidiyah di Mesir yang didirikan oleh Muhammad bin Tughuj Al-Ikhsyidi, salah seorang budak (mawali) Ibnu Thulun (323 H-358 H). Dinasti inilah yang menyerahkan Mesir ke tangan Dinasti Fathimiyah
940-944 (Rabi’ul Awal 329 H-Shafar 333 H)
Ibrahim Al-Muttaqi Lillah bin Al-Mu’tamid bin Abi Ahmad Al-Muwaffiq diangkat menjadi khalifah oleh para panglima dan menteri. Dia tidak memiliki kekuasaan sedikitpun
Tak lama, ia dilengserkan oleh Tuzun
Pasukan Romawi dapat menundukkan kaum muslimin hingga mereka sampai ke Nashibin
Fase baru Daulah Abbasiyah (334 H-447 H)
Dominasi keluarga Buwaihiyyun terhadap kendali kekuasaan khalifah. Pada fase ini kekhalifahan dipegang oleh lima orang.
944-945 (Shafar 333 H-Jumadil Akhir 334 H)
Posisi kekhalifahan dipegang oleh Al-Mustakfi Abul Qasim Abdullah bin Al-Muktafi
Terjadinya pembagian kekuasaan antara khalifah dan sultan. Khalifah hanya sebagai pemimpin agama. Ia tidak memiliki perintah, larangan, dan menteri
Posisi sultan dipegang oleh Ahmad bin Buwaih, hingga Bani Buwaih bisa menguasai Baghdad
Pencapaian umat Islam pada masa ini yaitu :
Andalusia diperintah oleh Abdurrahman An-Nashir
Negara-negara Afrika dikuasai oleh Fathimiyyun
Maghrib Aqso (Maroko) dibawah kekuasaan Adarisah
Mesir dan Syam di bawah pemerintahan Ikhsyidiyyun
Aleppo dan perbatasan di bawah kendali Saif Ad-Daulah Ali bin Abdullah bin Hamdan
Kepulauan Eufrat di bawah kekuasaan Nashiruddaulah Al-Hasan bin Ali bin Abdullah bin Hamdan
Irak diperintah oleh Daylam
Oman, Yaman, Bahrain dan padang pasir Bashrah dikuasai sekte Qaramithah
Persia dan Ahwaz diperintah Ali bin Buwaih
Al-Jabal dan Raxes di bawah kekuasaan Hasan bin Buwaih
Khurasan dan Transoxania diperintah keluarga Saman
945-974 (Jumadil Akhir 334 H-Dzulqaidah 363 H)
Posisi khalifah dipegang oleh Al-Fadhal Al-Muthi’ Lillah bin Al-Muqtadir
Harga meroket sehingga orang-orang makan bangkai dan anjing serta duri-duri yang diremukkan, kematian merebak hingga mereka tak mampu menguburnya dan mayatnya dibiarkan dimakan anjing
Adanya sistem feodalisme
Muncul konflik etnis antara tentara Daylam dan Turki
Paham Syiah berkembang pesat sejak munculnya Daulah Buwaihiyyah
10 Muharram 352 H, Ahmad bin Buwaih mengeluarkan titah untuk mengenang Al-Husain bin Ali dengan meratap, mencabik-cabik pakaian, dan mogok kerja
18 Dzulhijjah 352 H, Ahmad bin Buwaih mengeluarkan perintah agar memperingati Idul Ghadir (Ghadir Khum) yaitu sebuah tempat dimana konon Rasulullah pernah berkata kepada Ali, “Barangsiapa aku dulu sebagai tuannya, maka sekarang Ali Adalah tuannya. Ya Allah tolonglah orang yang menolongnya, dan musuhilah orang yang memusuhinya
Pecah peperangan antara Ahlussunnah dan Syiah. Peperangan ini menyebabkan timbulnya kelemahan di hadapan Romawi, hingga bangsa Romawi bisa merebut kembali semua perbatasan negara Islam yang besar, sehingga ditakuti kaum muslimin penduduk Al-Jazirah dan Syam
Saat Ahmad bin Buwaih wafat, dia digantikan oleh Bakhtiyar bin Ahmad bin Buwaih
Para khalifah Fatimiyyun pindah ke Mesir
974-991 (Dzulqaidah 363 H-Rajab 301 H)
Abul Fadhal Abdul Karim Ath-Thai’ Lillah bin Al-Muthi’ bin Al-Muqtadir diangkat sebagai khalifah
Dihapuskannya Daulah Hamdaniyah
Kerajaan Adhad Ad Daulah (dari keluarga Buwaih) meluas hingga ke Irak, Al-Jazirah, Ahwaz, Persia, Al-Jibal, Ar-Rayy (Raxes) & Jurjan
Berdirinya Daulah As-Sabkitikiniyyah (Al-Ghaznawiyyah) 366 H-582 H yang dibangun oleh Sabkatikin
991-1031 (Ramadhan 381 H-Dzulhijjah 422 H)
Abul Abbas Ahmad Al-Qadir Billah bin Ishaq bin Al-Muqtadir menjadi khalifah
1031-1075 (Dzulhijjah 422 H-Sya’ban 467 H)
Abu Ja’far Abdullah Al-Qaim Biamrillah diangkat menjadi khalifah
Banyak terjadi konflik antara Turki, Sultan, Daylam, dan khalifah
Berakhirnya masa keluarga Buwaih yang cenderung kepada Syiah.
Berkembangnya era pengaruh Turki Saljuk
Terjadinya konflik Ahlussunnah dan Syiah
Era Pengaruh Turki Saljuk
Keluarga Saljuk berasal dari suku Al-Ghuzz Turki, yaitu salah satu klan yang menetap di negara Turkistan di bawah pemerintahan raja Turki. Garis keturunan keluarga Saljuk yaitu Saljuk bin Tuqaq yang meninggal dunia dalam usia 170 tahun. Saljuk memiliki tanda-tanda kecerdasan, kemudian raja Turki mendekatinya, namun setelah itu merasa takut kepadanya. Hal ini dirasakan Saljuk, lantas ia mengumpulkan keluarga besarnya dan berimigrasi ke wilayah Islam serta masuk Islam. Setelah itu ia melancarkan serangan ke Turki.saljuk juga pernah diminta bantuan oleh Samaniyyun untuk menangkis serangan Turki ke negara mereka.
Keadaan seperti ini berlangsung hingga cucunya yang bernama Thugrul Bek dan Daud Ja’far Bek, yang selanjutnya memiliki kekuasaan terhadap keluarga mereka. Keduanya bersama keluarga besar pindah ke Bukhara dan menetap disana. Hanya saja gubernur Bukhara takut kepada keduanya, sehingga keduanya meninggalkan Bukhara menuju Turkistan yang berada di bawah kekuasaan Bughra Khan. Kemudian pecah perselisihan antara mereka yang berakhir dengan ditahannya Thugrul Bek, hanya saja Daud mampu memperdaya Bughra Khan dan menyelamatkan saudaranya Thugrul Bek. Setelah itu mereka hijrah ke Daulah Samaniyah dan menetap disana. Sayangnya Daulah Samaniyah sedang berada di ambang keruntuhan, dimana muncul kekuatan baru yaitu Ghaznawiyyun, sehingga terjadilah bentrokan dengan mereka. Bentrokan berakhir dengan ditawannya Arselan Saljuk, paman Thugrul Bek. Lalu terjadi perdamaian antara Dinasti Saljuk dan Dinasti Ghaznawi, dimana pemimpin Dinasti Saljuk memegang kekuasaan beberapa kota dan wilayah, serta melepaskan tawanan paman mereka, Arselan.
Pada tahun 429 H, pertikaian terjadi kembali antara Dinasti Saljuk dan Dinasti Ghaznawi. Dalam konflik ini Thugrul Bek dapat menguasai Merv dan namanya disebutkan dalam khutbah jumat dengan sebutan ‘Malikul Muluk’
Pada tahun 432 H, Thugrul Bek menguasai Naisabur, Georgia, dan Thibristan. Kemudian pada tahun 433 H, dapat menggabungkan Karman dan Daylam. Pada tahun 434 H, Thugrul Bek dapat menguasai Khawarizm, dan konflik pun beralih pada Dinasti Buwaihi.Thugrul Bek kemudian memasuki Isfahan, dan terjadilah kesepakatan dengan Dinasti Buwaihi sehingga Thugrul Bek menikahi putri Abu Kalijar Al-Buwaihi, sebagaimana Abu Manshur bin Abi Kalijar menikahi putri Daud, saudara Thugrul Bek.
Konflik Thugrul Bek kemudian berpidah melawan Romawi, sehingga ia memerangi mereka dan berhasil meraih kemenangan. Selanjutnya diadakan gencatan senjata dengan syarat di Konstantinopel harus dibangun sebuah Masjid.
Dinasti Saljuk membagi-bagikan negara luas yang berada di genggaman mereka. Kemudian dipilih Thugrul Bek sebagai raja dan memilih Raxes sebagai ibukota negaranya. Thugrul Bek meminta izin khalifah Al-Qaim untuk masuk ke Baghdad. Peristiwa ini terjadi pada 447 H. dengan demikian Dinasti Saljuk menggantikan era Dinasti Buwaihi.
1075-1094 (Sya’ban 467 H-Muharram 487 H)
Al-Muqtadi Biamrillah Abul Qasim Abdullah bin Al-Amir memegang posisi kekhalifahan pada usia 20 tahun
Al-Muqtadi merupakan sosok pemberani dan perkasa, seluruh kehidupannya penuh berkah dan kekhalifahan sangat diagungkan
Kaum bisa merebut kembali Ar-Reha dan Antiokia dari tangan musuh
Baghdad menjadi makmur, semua menteri adalah orang-orang pilihan
Kedai-kedai arak, kafe musik, rumah prostitusi dihancurkan
Sekolah-sekolah yang dikenal dengan nama An-Nizhamiyah didirikan di seluruh kota dan negara.
Sultan Malik Syah As-Saljuqi merupakan sosok yang adil dan gagah. Ia meninggal 35 hari setelah pembunuhan para menteri oleh para pengadu domba.
1094-1118 (Muharram 487 H-Rabi’ul Akhir 512 H)
Posisi kekhalifahan dipegang oleh Abul Abbas Ahmad Al-Mustazhir Billah yang merupakan sosok yang ramah dan berakhlak mulia serta bersungguh-sungguh dalam melakukan kebajikan
Kerajaan Irak diduduki oleh Barkiyaq bin Malik Syah, seorang raja yang kurang pandai memilih para pembantunya
Pasukan Eropa mulai menyerang negara-negara Islam dan menyelamatkan Baitul Maqdis sebagaimana mereka perkirakan.
1118-1135 (Rabi’ul Akhir 512 H-Dzulqaidah 529 H)
Posisi kekhalifahan dipegang oleh Abu Manshur Al-Fadhal Al-Mustarsyid Billah bin Al-Mustazhir yang merupakan sosok yang fasih dan bagus tulisannya
Terjadi beberapa peperangan di kalangan keluarga Sultan untuk mendapatkan kekuasaan
1136-1160 (Dzulhijjah 530 H-Rabi’ul Awal 555 H)
Posisi kekhalifahan dipegang oleh Al-Muqtafi Liamrillah Abu Abdillah Al-Husain bin Al-Mustazhir setelah sebelumnya posisi kekhalifahan sempat dipegang oleh Ar-Rasyid selama 1 tahun
Berakhirnya era kekuasaan keluarga Saljuk secara keseluruhan
1160-1170 (Rabi’ul Awal 555 H-Rabi’ul Akhir 566 H)
Posisi kekhalifahan dipegang oleh Al-Mustanjid Billah Abul Muzhaffar Yusuf bin Al-Muqtafi yang dianggap sebagai khalifah Abbasiyah yang paling baik
Pada masa pemerintahannya area peperangan pasukan salib dan kaum muslimin semakin luas diantaranya Syam dan Mesir
1170-1180 (Rabi’ul Akhir 566 H-Dzulqaidah 575 H)
Posisi kekhalifahan dipegang oleh Al-Mustadhi Biamrillah bin Al-Mustanjid Billah
Daulah Fathimiyyah runtuh di tangan Daulah Ayyubiyah pada 567 H.
1180-1225 (Dzulqaidah 575 H-Ramadhan 622 H)
Posisi kekhalifahan dipegang oleh An-Nashir Lidinillah Abul Abbas Ahmad bin Al-Mustadhi
Kerajaan Dinasti Saljuk berakhir di Irak pada 590 H dengan terbunuhnya Thugrul bin Arselan ditangan Khawarizm Syah Alauddin Tukusy.
Munculnya Bangsa Tartar
Asal-usul bangsa Tartar
Tartar adalah bangsa nomaden yang hidup di pelosok gurun Ghobi, berbatasan dengan Cina. Bangsa ini merupakan penduduk padang pasir; terkenal suka melakukan kejahatan dan penghianatan. Mereka hidup dari menggembala ternak dan membangun tatanan kehidupannya berdasarkan kesukuan. Bangsa ini mematuhi para pemimpinnya secara penuh, menyukai peperangan, pencurian, dan menyembah binatang. Mereka bersujud kepada matahari saat terbit; makan semua jenis hewan hingga anjing. Agama kuno mereka dikenal dengan Shamanisme. Mereka sangat mensucikan roh-roh nenek moyang. Sebenarnya Tartar merupakan asal berbagai kabilah yang darinya muncul berbagai etnik bangsa seperti Saljuk, Mongol, Turki, dll. Ada pendapat mengatakan bahwa sebenarnya Tartar dan Mongol merupakan dua saudara. Mongol dan dua etnik lainnya berkuasa saat Jengis Khan meluluhlantakkan berbagai negara. Saat ini nama Tartar disandangkan kepada suku yang hidup di Rusia dan Siberia serta semenanjung Krimea. Terkadang juga kata Mongol dinisbatkan kepada suku-suku yang sekarang berada di Cina dan Afganistan. Bangsa Mongol inilah penguasa pada masa Jengis Khan dan nama mereka mencakup semua kabilah.
Jengis Khan adalah sosok yang memiliki semangat tinggi. Setelah kalah berkompetisi melawan suku Tartar, ia menggabungkan semua sukunya hingga imperiumnya menjadi sangat luas dan Imperium Mongol ini berpusat di Karakorum. Masyarakat yang hidup dibawah Imperium Mongol ini memiliki sebuah kitab suci yang ditulis sendiri oleh Jengis Khan yaitu Yassa.
Khalifah pernah mengundang Tartar datang ke kerajaan Khawarizm Syah dengan tujuan agar kekuasaan hanya dipegang oleh khalifah seorang. Antara Kharizm dan Jengis Khan tidak ada masalah karena mereka memiliki kesepakatan damai. Akan tetapi hal ini berubah sejak 615 H. beberapa peperangan terjadi hingga Jengis Khan berhasil meluluhlantakkan Bukhara dan Samarkhand. Saat Jengis Khan merasa kematiannya semakin dekat, ia membagi imperiumnya menjadi empat dan dibagi-bagikan kepada putra-putranya. Jengis khan meninggal dunia pada 624 H.
1225-1226 (Syawal 622 H-Rajab 623 H)
Posisi kekhalifahan dipegang oleh Abu Nashar Azh-Zahir Biamrilah Muhammad bin An-Nashir
Ia mampu memperbaharui keadilan seperti saat kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Azis.
1226-1242 (Rajab 623 H-Jumadil Akhir 640 H)
Posisi kekhalifahan dipegang oleh Al-Mustanshir Billah Abu Ja’far Manshur bin Azh-Zhahir
Ia banyak membangun mesjid-mesjid dan madrasah. Salah satunya madrasah Al-Mustanshiriyah di Baghdad yang diperuntukkan bagi empat madzhab.
1242-1258 (Jumadil Akhir 640 H-Muharram 656 H)
Posisi kekhalifahan dipegang oleh Al-Musta’shim Billah
Memasuki 656 H, pasukan Tartar menggempur Baghdad dan membunuh banyak penduduk hingga khalifahnya.
Memasuki awal tahun ini, bala tentara Tartar sudah menginvasi Baghdad ditemani dua Amir salah satunya Hulegu Khan. Pasukan Tartar dibantu oleh penguasa Mosul yang bernama Lu’lu’ seorang warga Armenia
Baghdad menjadi tempat yang bangunan-bangunannya telah roboh hingga hingga memenuhi reruntuhan atap-atapnya; penghuninya hanya orang-orang abnormal, sementara mayat-mayat bergelimpangan di jalan-jalan laksana bukit. Lalu hujan turun hingga bentuknya berubah dan baunya menyengat ke seluruh negeri serta udara berubah. Akibatnya muncul wabah penyakit sehingga menjalar dan merebak di udara hingga mencapai Syam.